Setiap manusia pasti mempunyai pikiran yang darinya dia akan menghasilkan ide-ide brilian yang dapat mengubah dunia....

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Segenap Keluarga Besar HMI Komisariat STMA Trisakti mengucapkan :

Selamat ulang tahun yang ke 62 untuk HMI..
Semoga dapat segera menemukan kembali jati dirinya. Amin.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Kamis, Mei 22, 2008

Motivasi: Hancurkan "Self Syndrom"

Sebuah Refleksi Perkaderan...

20 Mei 2008 adalah hari yang sangat monumental bagi bangsa dan negara Indonesia, karena pada hari dan tanggal itulah tepatnya diperingati 100 tahun Kebangkitan Nasional. Memang tak terasa sudah 100 tahun bangsa dan negara Indonesia ini melalui tahun demi tahun “bangkitnya” negara ini dari keterpurukan. Walaupun memang tetap belum terasa ada suatu “kebangkitan” yang signifikan, mungkin yang paling terasa yaitu sewaktu bergulirnya Reformasi di tahun 1998, namun tetap saja bangsa dan negara Indonesia masih berada dalam “keterpurukan” dan kolonialisme.
Berikut ini ada sebuah cerita yang sangat menarik dan inspiratif dari Panglima Islam, Thariq bin Ziyad, yang mungkin bisa membantu masing-masing dari kita untuk lebih memaknai peringatan 100 tahun Kebangkitan Nasional dan agar tidak hanya berkata, “Indonesia, Bisa!!!”, tetapi langsung “BANGKIT” dengan makna dan maksud yang sesungguhnya...

....Ombak besar bergulung seirama dengan hembusan angin laut menyergap secara bergantian semenanjung pantai tenggara Spanyol. Deburnya terdengar begitu keras saat menghantam karang-karang terjal dan mencipratkan buih ke udara. Tak terdengar suara lain, kecuali suara alam pantai dengan berbagai harmoninya. Kesunyian seolah menelan pantai itu selama bertahun-tahun. Tetapi, tidak di suatu hari pada tahun 711 M. Kesunyian itu pecah oleh berderaknya serombongan armada tempur yang telah melintasi 13 mil laut untuk menyeberangi Selat Andalusia. Armada berkekuatan 700 prajurit itu merapat. Sebuah komando menyulut, semangat pun keluar dari sang Panglima.
“Wahai saudara-saudaraku, lautan ada di belakang kalian, musuh ada di depan kalian, kemanakah kalian akan lari? Demi Allah, yang kalian miliki hanyalah kejujuran dan kesabaran. Ketahuilah bahwa di pulau ini kalian lebih terlantar daripada anak yatim yang ada di lingkungan orang-orang hina. Musuh kalian telah menyambut dengan pasukan dan senjata mereka. Kekuatan mereka sangat besar, sementara kalian tanpa perlindungan selain pedang-pedang kalian, tanpa kekuatan selain barang-barang yang kalian rampas dari tangan musuh kalian. Seandainya pada hari ini kalian masih tetap sengsara seperti ini, tanpa adanya perubahan yang berarti, niscaya nama baik kalian akan hilang, rasa gentar yang ada pada hati musuhakan berganti menjadi berani kepada kalian. Oleh karena itu, pertahankanlah jiwa kalian!”
Tan[a keraguan sedikit pun, panglima itu memerintahkan pasukannya untuk membakar kapal-kapal yang telah membawa mereka. Banyak orang mungkin bertanya, “Bukankah kapal-kapal itu adalah aset? Bukankah aset perang justru seharusnya dijaga?” Tidak! Itulah prinsip sang Panglima. Secara zhahir, memang kapal-kapal itu habis terbakar, namun pada hakikatnya perintah ini juga telah membakar habis pilihan untuk menjadi pecundang dan pengecut serta menyisakan dua pilihan, yang keduanya mulia. Menangkan pertempuran atau mati syahid. Di sinilah terbentuk kesamaan visi dan misi antara pemimpin dan bawahan dalam membangun tim yang kompak dan padu. Langkah ini telah membuahkan kemenangan. Sebuah kemenangan yang mengantarkan umat Islam memasuki babak baru, dakwah di bumi Andalusia.
Panglima itu adalah Thariq bin Ziyad, seorang pahlawan muslim pembebas Andalusia yang namanya diabadikan untuk menyebut bukit karang setinggi 450 meter di semenanjung pantai tenggara Spanyol. Jabal Thariq, begitulah orang Arab menamai bukit itu. Lidah Eropa menyebutnya Gibraltar.
Kemenangan yang diraihnya termasuk historical moment. Betapa tidak, 7.000 prajurit muslim harus berhadapan dengan jumlah personel musuh yang jauh lebih besar, 25.000 prajurit Visigoth di bawah perintah Raja Roderick. Sebuah kekuatan perang yang sangat tidak seimbang, mengingatkan kita pada fenomena Perang Badar di mana pasukan musuh berjumlah lebih dari tiga kali lipat pasukan muslim.
Pasukan muslim dihadapkan dua pilihan mulia dalam berjihad, yang keduanya berbalas pahala besar, yakni menang atau mati syahid. Ketidakberimbangan kekuatan pasukan saat itu berpotensi untuk membuat kecut nyali sebagian pasukan yang dapat meracuni kekuatan tim. Ciutnya nyali dan lemahnya semangat dapat membuat mereka berpikir untuk kembali ke pantai, mengayuh kapal meninggalkan lahan ibadah. Ini harus dicegah! Hangusnya kapal menjadi puing-puing yang teronggok membuat kemungkinan ini ikut hangus musnah. Seperti yang dikatakannya, “Lautan ada di belakang kalian, musuh ada di depan kalian, kemanakah kalian akan lari?” Maju menerobos musuh, berisiko terbunuh. Mundur ke pantai, menerobos ombak laut berisiko sama. Namun, pilihan pertama tentu jauh lebih ksatria dan mendatangkan pahala. Ada surga di sana. Jika sama risikonya, tak ada alasan sedikit pun untuk memilih yang kedua. Api ruh jihad secara cepat merembet dan mengobarkan semangat 7.000 prajurit muslim. Dalam gemuruh takbir mereka maju menegakkan kalimat tahlil di bumi Andalusia.
Sejarah mencatat, mereka berhasil menundukkan Spanyol dan terus bergerak maju sampai ke perbatasan Perancis di Tours. Inilah jalur masuk Islam di Eropa Barat....
Saudaraku, tentu ada banyak hikmah yang bisa dipetik dari kisah inspiratif ini. Terkait dengan kebangkitan diri–belajar dari pengalaman Thariq–memang tak ada jalan lain untuk dapat membangkitkan diri, kecuali mengikuti jejak Panglima Islam, Thariq bin Ziyad, ketika membakar seluruh kapal untuk memotivasi 7.000 prajuritnya guna membebaskan bumi Andalusia pada tahun 711 M, sebagaimana dikisahkan di atas.
Ciptakanlah “kondisi yang memotivasi untuk bangkit” yakni dengan suatu komando atau kebijakan strategis menghilangkan pilihan mundur dengan mengorbankan “aset”. Satukanlah visi dan cara pandang kita semua. Maksudnya, mulai saat ini visi dan cara pandang kita adalah mewujudkan diri yang dapat berbakti demi kebangkitan bangsa, negara, dan agama.

Wallahu’alam bish shawab.
Wabillahi tafiq wal hidayah.

Tidak ada komentar:

Jika ingin menerima pemberitahuan mengenai postingan baru, masukkan alamat email Anda dibawah...

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

This Day In A History...

 
Date Conversion
Gregorian to Hijri Hijri to Gregorian
Day: Month: Year