Setiap manusia pasti mempunyai pikiran yang darinya dia akan menghasilkan ide-ide brilian yang dapat mengubah dunia....

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Segenap Keluarga Besar HMI Komisariat STMA Trisakti mengucapkan :

Selamat ulang tahun yang ke 62 untuk HMI..
Semoga dapat segera menemukan kembali jati dirinya. Amin.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Rabu, Juni 11, 2008

“6-TIK” SYNDROM

Tampaknya begitu banyak masalah yang sedang melanda bangsa ini, setidaknya hal inilah yang kami lihat. Mulai dari demoralisasi, tingginya angka kejahatan, angka bunuh diri, melambungnya harga-harga kebutuhan pokok yang (katanya) dipicu oleh naiknya harga BBM, penderita HIV/AIDS yang semakin meningkat, pendidikan yang tak kunjung berkualitas, sistem perpolitikan yang selalu saja menghalalkan segala cara (mungkin karena memang definisi umumnya begiitu), dan masih banyak lagi permasalahan bangsa dan negara ini.
Padahal kalau kita kaji secara agama, katanya sih Allah menciptakan masalah sekaligus dengan solusinya, namun kenapa ya kok tak kunjung ada solusi untuk masalah yang melanda bangsa dan negara kita ini? Apakah karena kita belum secara maksimal mencarinya atau karena kita memang tak pernah berusaha mencari solusinya, atau mungkin bangsa dan negara kita ini dikutuk olehNya? Wallahu`alam bish shawab...
Sebagian dari kita mungkin menjawabnya bahwa akar masalah semua ini adalah dekadensi moral. Sebagian lagi mungkin menjawab bahwa kondisi perekonomian yang buruklah akar masalahnya. Sementara yang lain akan menjawab bahwa ummat ini bodoh dan terus dibodohi. Atau mungkin juga ada yang menjawab tidak tahu, sekedar mencari selamat.
Hmm..banyaknya jawaban di atas menunjukkan bahwa kita, sekarang ini, dihadapkan pada peta persoalan ummat yang begitu kompleks laiknya lingkaran setan, tak berujung dan tak berpangkal. Padahal secara definitif, pernyataan akar masalah menghendaki adanya karakter jawaban yang bersifat tunggal dan menjadi sebab pertama/utama dari segala persoalan yang ada.

Saudaraku, bila persoalan-persoalan yang kita hadapi sudah bersifat sperti lingkaran setan, maka yakinlah bahwa persoalan yang kita hadapi bukanlah persoalan yang sederhana. Persoalan ini tidak lagi parsial, melainkan sistemik. Disebut sistemik karena persoalan ini kompleks, sudah menyentuh seluruh aspek persoalan mulai dari inputnya, prosesnya, hingga outputnya. Inputnya bermasalah, prosesnya bermasalah, dan outputnya pun bermasalah.
Jika suatu persoalan sudah sedemikian rupa, maka yakinlah juga bahwa persoalan yang tengah kita hadapi telah berubah menjadi krisis. Bukan hanya krisis satu atau dimensi (seperti krisis ekonomi pada tahun 1998 atau krisis energi saat ini yang dikatakan oleh pemerintah), tetapi sudah menjelma menjadi krisis multidimensi. Krisis yang meliputi tatanan ekonomi, perilaku politik, budaya, kehidupan sosial, sikap beragama, dan pendidikan kita.
Ketidakpedulian kita, kemasabodohan kita, bahkan keputusasaan kita selama ini telah mengubah penyikapan kita terhadap krisis multidimensi ini menjadi trapped in comfort zone syndrom yang menghinggapi dan menjejali kepala kita. Maka jadilah sidrom 6-tik merangsek segala sendi kehidupan kita: tatanan ekonominya kapitalistik, perilaku politiknya opportunistik, budayanya hedonistik, kehidupan sosialnya individualistik, sikap beragamanya sinkretistik, dan sistem pendidikannya materialistik.
Kini jelas sudah, ternyata kita harus berhadapan dengan kenyataan bahwa ummat kini sedang sakit, akibat begitu banya persoalan yang menggerogoti tubuhnya. Untuk dapat menyembuhkannya, kita harus dapat menemukan inti (akar) penyakitnya. Dan untuk menemukan akar masalah ini, kita harus berani memutus lingkaran setan pada titik yang tepat. Kalau kata Hizbut Tahrir sih kita harus kembali menempatkan syari’ah sebagai way of life kita.
Dalam kalimat lain, Muhammad Assad Leopold Weiss, seorang mualaf dari Jerman menyatakan dengan sangat jitu apa sesungguhnya yang membuat ummat Islam sakit dan terpuruk seperti sekarang ini dan apa sesungguhnya yang membuat orang non-muslim Barat maju secara materi seperti sekarang ini. Menurutnya, keduanya terjadi karena sebab yang sama, yaitu karena sama-sama meninggalkan agama alias sekuler. Lalu, menjadikannya sebagai way of life (sekulerisme).
Jadi, way of life sekulerisme inilah yang membawa darah kotor kapitalistik pada tatanan ekonominya, racun opportunistik pada perilaku politiknya, obat bius hedonistik pada budayanya, kuman individualistik pada kehidupan sosialnya, borok sinkretistik pada sikap beragamanya, dan hawa materialistik pada sistem pendidikannya. Na’udzubillahi min dzalik...

Wallahu’alam bish shawab.
Wabillahi taufiq wal hidayah.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Tidak ada komentar:

Jika ingin menerima pemberitahuan mengenai postingan baru, masukkan alamat email Anda dibawah...

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

This Day In A History...

 
Date Conversion
Gregorian to Hijri Hijri to Gregorian
Day: Month: Year